Sampah Plastik, Sebenarnya Salah Siapa

Pabrik Tong Sampah Besar –  Sampah masih menjadi kendala besar bagai kita di Indonesia. Setiap tahun jumlah sampah di Indonesia selalu makin bertambah. Pemerintahpun bukannya tinggal diam atau santai saja dalam menangani hal ini. Sering sekali kita dapati himbauan atau ajakan dari Pemerintah Pusat atau Daerah untuk tidak membuang sampah sembarangan. Namun masih ada saja tangan – tangan nakal yang tidak peduli dengan himbauan ini.

Baca juga : Indonesia Salah Satu Penyumbang Sampah Terbesar di Dunia

Mulai dari sengaja membuang sampah ke sungai atau laut, atau bahkan sengaja membuat tumpukkan sampah di pinggiran jalanan. Sampah ini sendiri biasanya dihasilkan dari plastik tempat belanjaan, sisa makanan rumah tangga, limbah pabrik dan sebagainya.

Maka tak heran jika alam sering mengingatkan kita untuk selalu menjaganya dengan berbagai bencana yang datang. Banjir adalah salah satu cara Tuhan mengajarkan kita untuk lebih peka lagi terhadap alam sekitar.

Tak dapat dipungkiri pula sampah – sampah yang sengaja dibuang ke laut dapat membuat kehidupan alam bawah laut semakin terancam. Baru – baru ini dunia dibuat  berita heboh karena ditemukananya sedotan plastik yang menyumbat lubang hidung penyu laut, selanjutnya lagi dengan ditemukannya sampah plastik di bagian laut terdalam, yang kemudian dilanjutkan berita heboh saat para ilmuwan menemukan partikel plastik dalam kandungan air, kian nyata sedemikian parahnya plastik memasuki dan meracuni hidup manusia.

Sebenarnya Siapa yang salah?

Jika kita bertanya siapa yang salah dalam hal ini, maka jawabannya Kembali lagi kediri kita masing – masing. Sebagian orang malah menuding kesalahan terbesar berasal dari tidak siapnya prosedur pemilahan sampah yang dikelola pemerintah, sebagian lagi mengatakan kesalahan si pembuang sampah, bahkan ada juga pihak menuding kesalahan bermuara pada pabrik pembuat plastik, hingga tuding menuding ini terus berputar tanpa ujung penyelesaian kepastian.

Kalau kita telusuri satu persatu mungkin memang benar kesalahan si pembuang sampah yang asal buang kemanapun, seperti di daerah Banjarmasin, Kalimantan Selatan, ada sebagian penduduknya yang membuang sampah di rawa-rawa maupun aliran sungai, mulai dari popok, bungkus makanan, terutama yang mengandung plastik, menimbulkan kekhawatiran kalau kota berjuluk seribu sungai ini akan berganti julukan menjadi kota seribu sampah.

Tudingan kesalahan kedua adalah tidak adanya prosedur pemilahan sampah, campur aduknya sampah basah dan kering menyulitkan pemilahan, bandingkan dengan negara Korea atau Jepang yang rakyatnya sudah memiliki kesadaran sendiri untuk memilah sampah sebelum membuangnya, sehingga sampah-sampah yang masih memiliki daya guna bisa cepat didaur ulang, seandainya di Indonesia melakukan hal serupa, mungkin para pemulung tidak  perlu repot lagi berjibaku dengan busuknya aroma sampah.

Kesalahan ketiga ditujukan ke produsen plastik, dengan asumsi seandainya pabrik tidak memproduksi, maka sampah plastik tidak akan ada, tapi ujung-ujungnya kembali ke konsumen yang juga doyan memakainya, bukankah pabrik memproduksi berdasar permintaan? andai tingkat konsumsi berhenti bukankah otomatis pabrik berhenti berproduksi?

Permasalahan sampah terutama plastik seperti labirin, tak jelas kapan berakhirnya, tapi toh ujung-ujungnya akan kembali ke individu masing-masing, masihkah kita selalu memakai plastik dan tetap tidak mau membuang sampah pada tempatnya ? Ataukah kita mau introspeksi diri dengan belajar berpikir arif jauh ke depan, kembali sadar diri dengan hati nurani untuk tidak lagi buang sampah sembarangan, demi kelestarian bumi tempat kita tinggal dan juga keselamatan anak cucu kita hari ini dan dimasa depan.

Tong Sampah Fiber Murah dan Berkualitas ? Disini tempatnya !